Rabu, 06 Februari 2013

Teori Etika Politik Emmanuel Levinas


Emmanuel Levinas



Dalam beberapa tahun terakhir, pemikiran filosofis Emmanuel Levinas telah menemukan jalan menuju Hubungan Internasional dan bidang-bidang terkait. Pandangan unik dan radikal Levinas tentang hubungan etika telah membuat ide-idenya tentang “the Other” dan “the Face” segera mendapat pengakuan di antara teoretisi kritis di berbagai ilmu sosial. Tujuan dari Bab ini adalah Memperkenalkan filsafat etika Levinas dan mempertimbangkan beberapa pertanyaan yang muncul ketika etika di terjemahkan kedalam politik praktis. Bab ini kemudian akan berbelok untuk melihat Hubungan Internasional Kunci dan keilmuan terkait yang mengambil pemikiran Levinasian, dan untuk menunjukan bagaimana Levinas mempengaruhi karya kontemporer daam etika dan politik internasional.

Lahir di Lithuania pada 1906, kehidupan intelektual dan kehidupan pribadi Levinas di kondisikan oleh latar belakang Yahudi—sebagaimana tampak dalam pengalaman budayanya sendiri dan pengaruh anti –Semitis—me pada  masanya. Selain mendapatkan pendidikan Talmud tradisional, Levinas juga di pengaruhi oleh novelis besar Rusia abad ke-19. Pada 1915, saat masih anak-anak, ia di deportasi dalam pengusiran massal orang Yahudi di Lithuania. Keluarganya menetap di Ukraina, di saat ia menyaksikan pembantaian anti-Semit dari era itu. Saat pemerintah Soviet, yang baru berdiri, mencabut perintah pengungsian Yahudi pada 1920, keluarga Levinas kembali ke Lithuania. Kemudian, Levinas meniggalkan rumah untuk kuliah di University of Strasbourg, lalu pindah ke University of Freiburg tempat ia belajar pada Husserl dan Heidegger. Dalam waktu ini, Levinas mempelajari Fenomenologi—cabang filsafat yang membidik pengalaman individual terhadap dunia. Saat meletusnya perang dunia ke-2, Levinas bertugas sebagai juru bahasa untuk Angkatan Darat Perancis. Dia menjadi tawanan Jerman pada 1940, dan masuk kamp kerja paksa hingga perang berakhir. Keluarganya di Lithuania sudah musnah dalam Holocaust, sementara istri dan putrinya di Prancis di sembunyikan dalam biara atas bantuan teman lama sekaligus filsuf, Maurice Blanchot.

Perang berakhir, Levinas mengajar filsafat di École Normale Israélite Orientale, tempat ia menyelesaikan buku Totality and Infinity. Ia mengambil jenjang profesor di University of Poitiers, dan kemudian di University of Prancis, Nanterre. Pada 1973, ia pindah ke Sorbonne, tempat ia menyelesaikan salah satu karya terpenting, Otherwise Than Being or Beyond Essence (Ajzenstat 2001:3). Saat kematiannya pada 1995, Jacques Derrida mengumumkan bahwa karya Levinas tentang etika “akan mengubah arah refleksi filosofis dalam era kita” (Derrida 1999:4).


PEMIKIRAN ETIKA LEVINAS

Saat filsuf kontemporer akan tertarik pada nuansa dari banyak aspek warisan intelektual Levinas, karaynya tentang etikalah yang membuatnya  banyak di kenali dan di akui dalam ilmu-ilmu sosial. Fondasi membentuk etika Leviasian berkisarr pada klaim dasar bahwa the self (diri) selalu bertanggung jawab dari pada the Other (Orang lain). Tanggung jawab ini bukan pilihan, juga bukan sesuatu yang kita peroleh melalui sosialisasi atau melalui keputusan sadar untuk menjalani kehidupan moral. Tanguung jawab adalah kondisi tempat kita di lahirkan. Dengan demikian, ini bukan keputusan kita, tetapi suatu keputusan yang di buat untuk kita oleh fakta tak terhindarkan tentang hubungan kita dengan Other. Kita diminta bertanggung jawab oleh Other, tak perduli apa yang kita mungkin inginkan. Karakter hubungan ini menandai keberangkatan penting untuk meninggalkan inti pemikiran Barat, karena hal itu berati bahwa kita bukan agen rasional dan otonom dalam pembuatan keputusan sebagaimana di isyaratkan sejarah filsafat Barat. Malahan, kita dalam beberapa cara bergantung pada Other bagi rasa dasar kita tentang Self ; kita terbentuk dalam dan oleh hubungan kita dengan Other, kita tidak dapat bebas dari eksistensi Other , atau dari dampak Other terhadap keberadaan kira sendiri.

Tanggung jawab kita terhadap Other tidak bergantung pada penalaran atau pengalaman sebelumnya, atau pada perincian hubunga tertentu. Dalam pengertian Levinas, tanguung jawab tidak terkait dengan karakter tertentu hubungan kita dengan pihak lain di dunia, karena keterhubungan aktual kita ke other—melalui negara, masyarakat, keluarga dan seterusnya—menyiratkan harapan, dan bukannya etika. Hubungan kita dan teman-teman kita, misalnya terbentuk dari harapan bersama; kita (idealnya) membangun kepercayaan melalui asas timbal balik dari waktu ke waktu. Demikian pula, sebagai anggota dari suatu negara, kita memikul hak sebagai warga negara atau sebagai imigran yang diakui secara legal. Kita menikmati perlindungan di bawah hukum, dan kita cukup sadar akan kewajiban kita pada negara sebagai imbalan atas perlindungan ini. Hubungan dengan Other tidak di dasarkan pada harapan, pada “hak”, atau pada ikatan komunitas atau kekeluargaan. Bahkan, the Other ini sepenuhnya tidak kita ketahui, pada mereka yang  tidak terkait apapun dengan kita dalam hal keluarga, komunal, atau kesetiaan nasional. Sederhananya, kita tanpa syarat bertanggung jawab atas kehidupan Other, dan inilah perintah hidup yang di sajikan dunia pada kita.

Gagasan Levinas tentang tanggung jawab muncul dari kesadaran kita bahwa eksistensi mendasar kita selalu menghasilkan kekerasan, apakah kita mengajarkannya atau tidak. Sebagaimana di tanyakan Levinas:

Being-in-the-World saya, atau “tempat saya di bawah matahari”, atau keberadaan saya dirumah, bukan merupakan perebutan atas ruang milik orang lain yang mana saya telah ditindas atau dibuatkelaparan, atau  dibuang ke dunia ketiga: apakah mereka   tidak bertindak menistakan, mengucilkan, mengasingkan, pengupasan, membunuh? (Levinas 1989: 82)

Apa yang Levinas singgung disini adalah ide bahwa kehidupan nyaman kita adalah selalu di mungkinkan oleh penderitaan orang lain, bahkan ketika kita tidak bermaksud atau tidak menyadarinya. Sebagai contoh: mari kita bayangkan suatu kegiatan yang tidak bersalah, misalnya pengisian bahan bakar mobil. Orang bisa menganggap ini bisa menjadi upaya berbahaya. Kita tahu, perang dan konflik politik, serta degradasi kondisi lingkungan, sebenarnya bersumber dari aktivitas kita yang tidak di sengaja merupakan dari pengisian bahan bakar itu. Namun demikian, bagi Levinas, kondisi tentang tanggungjawab radikal ini juga tanggungjawab tak terbatas, artinya tidak dapat di atasi atau diselesaikan hanya dengan perhatian pada hidup yang baik atau benar. Jadi, bagi Levinas, orang mungkin marah dan menyingkirkan mobil itu, tetapi hal ini tidak mengurangi tanggungjawab dia, karena selalu ada sesuatu lain yang merusakan Other—sesuatu yang kita tidak dapat antisipasi atau perhitungkan. Keberadaan kita adalah yang selalu menyebabkan cedera potensial pada the Other. Jadi, yang abadi adalah kondisi tanggung jawab yang Levinas fahami sebagai “...tanggung jawab yang melampaui apa yang  saya mungkin atau tidak mungkin tellah lakukan pada Other atau tindakan apapun yang saya tidak mungkin atau mungkin lakukan, seakan-akan saya mencintai other sebelum mencintai diri saya” (Levinas, 1989:83)